Menilik Keajaiban Toko Kelontong Namiya Karya Keigo Higashino
Novel yang berjudul Keajaiban Toko Kelontong Namiya karya Keigo Higashino ini terdiri dari lima bab dengan tebal 400 halaman. Masing-masing babnya menceritakan kisah-kisah pengirim surat ke Toko Kelontong Namiya. Menariknya, kejadian dan masalah dari pengirim surat konsultasi saling terkait satu sama lain. Lebih dari itu, novel ini disajikan dengan mengganti-ganti narator.
Novel ini dibuka dengan premis tiga pemuda yang merupakan pencuri kelas teri diam-diam bersembunyi di sebuah toko kelontong yang tampak sudah lama tak dihuni sampai fajar menjelang. Ketiga pemuda itu bernama Shota, Atsuya, dan Kohei.
Ketika sedang melihat-lihat isi toko tersebut, mendadak sepucuk surat diselipkan ke dalam toko tersebut melalui kotak surat. Setelah membuka surat tersebut, ternyata sepucuk surat tersebut berasal dari masa lalu. Surat yang mereka dapatkan itu berupa konsultasi masalah.
Awalnya mereka ragu untuk menjawab surat itu. Tetapi, kemudian mereka memutuskan untuk menjawab surat itu dan mereka tak menyangkan dalam jangka waktu yang tak begitu lama mereka mendapatkan jawabannya. Usut punya usut, toko kelontong tersebut memiliki kekuatan magis yang bisa menghubungkan masa kini dan masa lalu. Kejadian surat itu pada akhirnya mengubah kehidupan ketiga pemuda tersebut.
Apakah pembaca menjadi bingung dengan model penceritaan yang seperti itu? Tentu saja tidak.
Pembaca tidak akan dibuat
bingung dengan metode penceritaan seperti itu. Justru, pembaca benar-benar
diajak menyelami masalah para pengirim suratnya satu per satu. Kendati begitu,
tiap kisah yang disajikan rasanya memberikan akhir kisah yang tak terduga.
Namun, justru itu yang memberikan efek magis dari toko kelontong ini.
Novel ini mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, terlebih
tentang pentingnya arti sebuah keluarga. Keseluruhan ceritanya rasa-rasanya
mampu menghangatkan hati para pembacanya. Pembaca juga diajak menikmati suasana
Jepang yang otentik saat diajak menjelajahi waktu di tahun 1970-1990 melalui
kata-kata yang dilukisan oleh Keigo. Namun, untuk menikmati novel ini dengan
baik, lebih baik dibaca dengan pelan-pelan, jangan tergesa meskipun kisah di
dalam novel ini membuat pembacanya terus penasaran.
Ada sebuah kutipan menarik dari novel ini.
"Namun, untuk saat ini, yang "paling bijak" belum tentu menjamin
bahwa itu keputusan paling baik untuk jangka panjang."
Dari semua bab yang ada, bab yang paling menarik adalah
bagian yang menceritakan sosok Namiya Yuji, kakek yang memiliki toko kelontong
Namiya. Pada bagian bab ini menceritakan bagaimana si kakek ini memulai jasa
konsultasi yang awalnya hanya iseng belaka berubah menjadi jasa konsultasi yang
bisa membantu orang-orang. Diceritakan pula bagaimana tulusnya Kakek Namiya
ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam surat yang dikirimkan kepadanya.
Namun, di balik ketulusan dan kesungguhannya dalam menjawab surat, Kakek Namiya
bertanya-tanya apakah tanggapan yang ia berikan ini bisa berguna bagi orang
yang mengiriminya surat.
Rasa-rasanya membaca 400 halaman itu tidak terasa lantaran kisah-kisah yang disajikan membuat pembaca diaduk-aduk perasaannya. Kadang bahagia, kadang kesal, kadang pula sedih. Untuk ukuran novel terjemahan, novel yang diterjemahkan Faira Ammadea ini diterjemahkan dengan apik, mengalir, dan tidak menjemukan.
Beberapa pesan yang ingin disampaikan oleh Keigo melalui
novelnya ini bahwa tidak ada kebaikan yang sia-sia sekecil apapun itu, dalam
menghadapi permasalahan cobalah untuk mengubah sudut pandang kita, dan tak ada
yang bisa mengubah hidup kita menjadi lebih baik kecuali diri kita sendiri.
Judul : Keajaiban Toko Kelontong Namiya
Penulis : Keigo Higashino
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 400 hlm
Tahun terbit : 2020
Genre : Fantasy, J-Literature, Slice of Life
Komentar
Posting Komentar