Tak Selalu Menyenangkan, Begini Dilema Mengajar Bimbel Anak-Anak SD

 



Semenjak anjuran pemerintah untuk work from home lima bulan yang lalu, kegiatan saya begitu-begitu saja. Membosankan dan pola hidup juga jadi tak begitu bagus. Saya menjadi sering menatap layar ponsel dan laptop. Meskipun liburan saya ini tergolong produktif karena menghasilkan banyak karya seni, baik itu digital maupun tradisional, saya masih merasa ada yang kurang. 

Ya, semenjak saya berhenti menjadi pendamping asrama sekolah saya dulu, saya jadi tak memiliki pemasukan. Karena tak ada pemasukan, saya kerap merasa kalau saya ini orang yang nggak produktif yang hanya luntang-luntung di kasur saja.

Hingga seorang kawan saya, Bu Hermin, saya memanggilnya. Ia kerap bercerita tentang les-lesan yang dikerjakannya, saya menjadi tertarik. Saya pun mengajukan diri untuk membantunya mengajar, tetapi ia menolak saya terus. Alasan ia menolak saya karena ia belum sepenuhnya percaya pada kemampuan saya sekalipun saya pernah memiliki pengalaman menjadi seorang pengajar selama setahun di almamater saya dulu. Setelah menerima penolakan, saya kembali menjalani hari-hari membosankan seperti biasanya. Menggambar, menulis, membaca, dan tidur. 

Hingga beberapa minggu yang lalu, akhirnya kawan saya itu mengajak saya untuk menemaninya mengajar. Saya dipasrahi olehnya untuk mengajar qira'ati (semacam iqra') dan mengetes hafalan anak-anak yang dibimbing kawan saya itu. 

Setelah empat kali pertemuan, saya mulai disuruh untuk membantu anak kelas 1 SD mengerjakan tugasnya. Ternyata pikiran saya mengenai mengajar anak SD mudah itu salah! Bayangkan saja, saya harus membantu seorang anak yang belum lancar membaca dan saya harus membantu mengeja hurufnya. 

Selama itu kesabaran saya benar-benar diuji. Tak hanya itu, ada juga anak yang membacanya lancar tapi dia kesulitan memahami teks. Waduh. Pokoknya, ekstra sabar untuk menghadapi anak semacam itu. Rasanya, kegiatan baru saya ini menjadi tantangan baru saya untuk menjadi seseorang yang lebih bersabar dalam menghadapi anak. 

Baru-baru ini, kawan saya menyuruh anak-anak bimbingannya untuk fokus hafalan dan membaca qiraati saja. Saya pun juga mendapat bagian tugas menyimak hafalan dan ngaji mereka. Ini juga tidak mudah kawan! Saya harus supeeeeer sabar ketika menghadapi anak yang kesulitan menghafal suratnya. Saya harus membimbingnya perlahan dan membantunya untuk mengulang-ulang ayat hafalannya. Bahkan, ada seorang anak yang menangis karena ia kesulitan menghafalkan ayat. Duh, padahal saya nggak apa-apakan anak itu, saya hanya membantunya hafalan dengan mengajaknya membaca ayat yang dihafalkannya secara berulang kali. 

Ah, pernah juga saya mengajari anak kelas 3 SD pelajaran Matematika. Sebenarnya saya nggak yakin dengan kemampuan Matematika saya yang pas-pasan ini. Tetapi, saya disuruh kawan saya untuk mengajari anak-anak tersebut untuk mengerjakan tugasnya. Saya pun membantu mengajari mereka sebisa saya. Tapi, ternyata cara yang saya gunakan itu merupakan cara cepat dan mereka tidak begitu paham dengan apa yang saya jelaskan. 

Meskipun begitu, saya lagi-lagi jadi banyak belajar kalau mengajar bimbingan belajar itu perlu belajar lagi agar bisa mengajari anak-anak dengan benar sehingga nantinya bisa membuat anak-anak tersebut lebih paham. 

Sepulang mengajar bimbingan belajar, kawan saya memberitahu saya bagaimana proses mengajar di suatu bimbingan belajar. Dia mengatakan pada saya bahwa membimbing anak belajar itu nggak hanya mengajarkan pelajaran dan menerima gaji begitu saja. Seorang pengajar harus benar-benar mengetahui bagaimana psikologis seorang anak dan harus benar-benar membuatnya paham sehingga nanti ada peningkatan kemampuan. 

"Memang banyak di luar sana les-lesan yang hanya sekadar mengajar dan tidak benar-benar membuat anak yang dilesinya paham. Jangan seperti itu. Seorang guru les dibayar itu agar kemampuan anak tersebut bisa meningkat,"pesannya.

Pesan yang diucapkan kawan saya itu saya tanam ke dalam pikiran saya. Mungkin suatu hari nanti kalau saya ingin menjadi seorang pengajar anak-anak yang baik harus banyak belajar darinya.

Komentar

Postingan Populer