Embung Kedungsambi

Pertengahan April lalu, saya bersepeda bersama adik laki-laki dan ibu saya ke Embung Kedungsambi. Letaknya ada di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Embung ini berjarak sekitar 11 km dari rumah saya. Lumayan jauh memang, tapi untuk melepas bosan karena di rumah terus, ya saya dengan senang hati melakukan perjalanan ini. 

Bersepeda merupakan salah satu olahraga yang paling saya sukai karena saya bisa  menikmati jalanan yang dilewati sambil berolahraga. Biasanya saya bersepeda dengan jarak tempuh 5-7 km saja. Bersepeda santai saja. Tapi, kali itu saya bersepeda sejauh 11 km untuk menuju ke Embung Kedungsambi. Di tengah perjalanan, kami bertiga berhenti sejenak di pasar untuk membeli beberapa sayuran untuk persediaan di rumah. Lalu kembali melanjutkan perjalanan. 

Ternyata bersepeda sejauh 11 km itu cukup melelahkan juga. Keringat saya sudah mulai bercucuran dan napas juga jadi ngos-ngosan. Saya nggeliyeng ketika melewati jalan yang menanjak (ini menanjaknya nggak main-main hei). Takut ambruk, saya pun akhirnya menuntun sepeda saya sampai ke jalannya curam. Ketika jalanan sudah dekat dengan lokasi, saya bisa melihat pemandangan desa yang masih asri. Pepohonan jati di kanan-kiri, lalu ada ladang yang tampak segar dengan tanaman hijaunya, ditambah kabut pagi yang membuat hawa terasa sejuk. Waahhh, sejenak, saya lupa dengan kenyataan bahwa tugas-tugas kuliah pada merengek minta dikerjakan. Hehe

Begitu sampai di embung, kami bertiga memarkirkan sepeda. Saya membuka ponsel saya, ternyata baru pukul 06.30. Setelah kuhitung, perjalanan kami menuju ke embung memakan waktu kurang lebih 50 menit. Sambil meluruskan kaki, saya mencoba memotret beberapa gambar pemandangan embung. Saya mengedarkan pandangan ke sekeliling, lebih tepatnya ke arah jembatan di dekat embung. Dari tempat saya duduk, saya bisa melihat beberapa remaja laki-laki sedang duduk bergerombol dan bercakap-cakap. Mungkin mereka juga sama seperti saya, merasa bosan jika harus di rumah terus selama masa krantina wilayah. Lalu pandangan saya beralih ke arah embung. Saya bisa melihat pemandangan yang cukup bagus untuk ukuran sebuah embung. Kubangan air seperti danau yang dipadukan tanah warna merah. 


Belum lama saya menikmati pemandangan, rintik-rintik hujan turun. Pagi itu mendung memang. Tapi, kami tak bakal mengira kalau akan turun hujan. Sebelum hujan turun semakin deras, saya, adik, dan ibu saya pun kembali mengendarai sepeda dan menuju ke arah kota. Tentu kami akan menempuh perjalanan 11 km lagi untuk sampai ke rumah. Total perjalanan yang kami tempuh berjarak 22 km. Apakah lelah? Tentu saja, tapi sedikit. Selebihnya saya merasa senang dan cukup bangga karena bisa bersepeda sejauh itu. 

Mungkin, besok suatu hari nanti (setelah corona selesai tentunya) saya mau explore daerah terpencil di Blora menggunakan sepeda. Tapi, di bulan puasa ini, saya libur dulu bersepedanya. Ngga tau kenapa saya mager banget buat keluar rumah. Terlebih, kelurahan tempat saya tinggal sudah termasuk zona merah.Dan gang-gang deket rumah dah mulai diterapkan lockdown. Yaaaa saya auto jadi anak rumahan tulen deh. Soal bersepeda tadi, untuk orang yang kerjaannya rebahan di kasur macam saya ini, ternyata seru juga bersepeda sampai jauh. Bikin nagih kalo udah liat pemandangan indah. Kalian mushti coba pokok'e!

Jika saya ajak, kira-kira ada yang tertarik bersepeda menjelajahi pelosok Blora bareng saya ngga yhaaa? Hehehe...hehe..he.. :)))

Komentar

Postingan Populer