Wanita yang Menjual Koran


Setiap saya berhenti di lampu bangjo sebelah Gramedia Pusat, Kotabaru mataku selalu menatap pada sosok wanita penjual koran berusia senja sedang menjajakan koran-korannya. Dari tempat motorku berhenti, aku memperhatikan bagaimana penjual koran itu menawarkan koran KR, Kompas, Republika, dsb kepada para pengemudi, entah itu mobil ataupun motor. 

Pernah suatu kali aku melewati bangjo Jalan Suroto di siang yang terik. Telapak tanganku yang tak memakai sarung tangan terasa panas. Sama seperti sebelumnya,  Ibu Penjual Koran itu membawa beberapa koran lalu menawarkannya ke para pengemudi.

Lalu banyak yang menolak tawarannya, dalam hatiku berkata,

"Biar aku saja yang beli, Bu"

Namun, kenyataannya aku hanya diam saja. Aku tak memiliki keberanian untuk memanggilnya. Terbayang wajah letihnya itu di kepalaku. Tebakku dia pasti sedang berjuang keras untuk menghidupi keluarganya. Timbul di benakku pertanyaan seperti "Apakah setiap hari jualan korannya lancar dan bisa makan tiga kali sehari?"

Melihatnya setiap hendak berangkat ke kampus setiap hari membuatku iba dan ingin membantunya dengan membeli korannya. Tapi, setiap kali hendak memanggil penjual koran itu, aku khawatir jika lampu bangjo berubah menjadi hijau dan segala menjadi ruwet dan kacau. 

Bagaimana tidak, aku harus merogoh tasku untuk mengambil uang di dompet dan itu memakan waktu beberapa detik. Ada cara lain, sih, yakni menyiapkan uang sebelum berangkat dan menaruhnya di saku atau di dashboard. Setiap melewati Ibu Penjual Koran itu, saya seringkali menghela napas panjang karena selalu gagal membeli korannya.

Ya, anggap saja ini hanya alasanku saja yang kurang berusaha membantu penjual koran itu. Tapi aku tetap punya keinginan untuk membeli korannya. Mungkin suatu saat nanti jika melewati jalan situ lagi, aku memiliki kesempatan untuk membeli koran ibu-ibu itu.

Komentar

Postingan Populer