Mencicipi Cilok Gajahan di Daerah Kraton

ibu penjual yang menyiapkan cilok
Semenjak ada kasus korona di daerah Jawa Barat pada awal maret lalu dan jumlah kasus positif corona terus bertambah, pemerintah langsung menurunkan himbauan untuk melakukan isolasi diri dan melakukan social distanding. Setelah itu, banyak instansi pendidikan dan beberapa perusahaan menerapkan kelas daring ataupun bekerja di rumah. 

Mendengar kelas perkuliahan diliburkan dan diganti kelas daring membuat saya terus mengeluh setiap harinya. Saya merasa dua kali lebih stres dari hari biasanya. Hari-hari saya habiskan di depan gawai dan laptop untuk memantau perkulaihan daring dan disambi mengerjakan tugas. Saya sempat tergoda untuk menonton film, tapi saya urungkan mengingat banyak tugas yang harus dikerjakan. 

Akibat stres yang berkepanjangan dan sudah lama juga tidak pergi jajan, dua hari yang lalu, saya dan seorang kawan kamar asrama saya mengajak saya untuk membeli Cilok Gajahan di daerah Kraton.

Sebelum benar-benar keluar dari asrama, saya benar-benar parno untuk keluar. Berasa virus Corona itu monster mengerikan yang siap melahapmu saat kamu keluar. Tapi, hasrat saya untuk makan cilok ataupun jajanan yang ada sangat besar. Rasanya sudah seminggu lebih tidak makan jajanan jalanan. 

Berbekal masker kain, saya dan kawan saya langsung tancap gas ke warung Cilok Gajahan. Cilok Gajahan ini merupakan salah satu cilok yang paling terkenal di Kota Yogyakarta. Tempat ini hampir tak pernah sepi pengunjung. Sewaktu saya ke sini saja ada beberapa pembeli. Padahal saat itu, sudah ada beberapa titik yang terinfeksi vius corona.

Dalam hati saya mbatin, mungkin saja mereka membedakan kalo kena virus ya diobati, kalo laper ya tetep harus makan...

Saya dan kawan saya memesan dua bungkus cilok seharga 5000 rupiah. Tapi, kalau temen-temen mau pesen lebih dari 5000/bungkusnya juga bisa.
Selagi menunggu cilok disiapkan, saya menyempatkan diri untuk mengabadikan foto dua pramusaji cilok ini. Dan mulut saya sudah ngiler saat ibu-ibu berjilbab kuning menuangkan sambel dan kecap. 

Usai mendapatkan cilok pesananku, saya dan kawanku langsung pulang ke asrama dan langsung menikmati ciloknya. Jika teman-teman penasaran bagaimana rasa ciloknya, menurut saya sih cilok ini kenyal dan gurih seperti rasa cilok kebanyakan. Hanya saja, yang berbeda dengan cilok yang lain itu sambelnya yang sangat pedas. Walaupun, saat memesan ciloknya kamu bisa menuangkan sendiri seberapa banyak sambel yang kamu mau. 

Jadi, yang menjadi titik kelezatan cilok gajahan ini adalah kenyalnya cilok dipadukan sambel pedas yang bikin nagih. Buat temen-temen yang nggak suka pedes, mungkin akan beranggapan kalau citarasa cilok ini biasa-biasa saja.

ibu penjual yang menuangkan sambel, saos, dan kecap ke dalam cilok

Hanya beberapa orang saja yang datang untuk makan.

Komentar

Postingan Populer