Tidur yang Tak Biasa
Laut yang Tak Setia
Kususuri pantai
debur ombak terdengar syahdu
laut yang biru sedang bercumbu dengan langit biru
mereka serasi
kemesraan mereka membuatku girang
aku tak melihat awan
mungkin dia tak ingin mengganggu romantisme laut dan langit
aku salut
aku melihat kepiting menari riang
aku berjongkok. si kepiting lari dariku
aku berhenti
kurebahkan badanku
mataku melihat langit yang kini dikencani awan
"Kau tidak setia pada laut, wahai langit!" ujarku
"Tidak. Aku bukannya tak setia. ini takdirku," langit menjelaskan
"aku tak mengerti, wahai langit!"
"tak perlu kau mengerti anak manusia Kau hanya perlu menikmati kesejukan ini, tidurlah!"
Angin menghampiri dan mengelilingi sekitarku
Mataku terasa berat
Gelap pun menyelimuti pandanganku
Hutan Kesedihan
Mataku sembab. Ibu meninggalkanku dan pergi ke surga. Aku ditinggalkan tanpa dibekali apa-apa.
"Ada apa denganmu, nak?" Sebuah pohon beringin yang berada tak jauh dari tempatku berdiri tampak bergoyang.
Aku heran.
"Kau kah yang berbicara wahai pohon?"
"Iya manusia. Duduk disini dan ceritakan kisahmu."
Aku terdiam, lalu meluapkan segalanya ke pohon beringin yang baik hati itu.
Aku terisak. Si pohon beringin menjulurkan akarnya dan melilitkannya ke tubuhku. Dahannya menyapu pelan rambut hitamku.
Aku didekapnya. Dekapnya mengingatkanku pada hangatnya pelukan ibu.
"tidurlah nak, aku akan membuatmu tersenyum."
mataku pun terpejam
aku bermimpi sedang tidur di awan-awan.
Komentar
Posting Komentar